Pages

Tuesday, 20 August 2013

Putus Hubungan di Era Sosial Media

Selamat pagii 
Happy Tuesday, :)
guys ,, ini masukan dari YahooShe,, let's read ..
kebetulan muncul ketika saya membuka Yahoo pagi-pagi saat nyalain PC, menurut saya artikel di bawah ini cukup menarik dimana semua orang yang pernah mengalamai 'putus cinta dan patah hati' bisa termotivasi kembali, 
selamat membaca ~~~ ^^ 


Lima belas tahun yang lalu, saya nggak pernah membayangkan bahwa menemukan teman lama bisa dilakukan dalam hitungan detik, menggunakan nggak sampai sepuluh jari, dan bisa dilakukan tanpa perlu menggerakan badan dari atas kasur. Terima kasih kepada internet dan media sosial yang tumbuh bagaikan lumut di dinding yang lembap (karena bagaikan jamur di musim hujan terlalu mainstream), kadang menemukan teman semasa TK jauh lebih mudah karena mereka bisa tiba-tiba muncul di mana-mana. Tanpa diundang, tanpa diminta. Susah dienyahkan. 

Kalau susah dienyahkan, bagaimana caranya bisa melupakan?

Itu baru tentang teman, bagaimana dengan mantan pasangan? Tingkat menyebalkannya silakan dikalikan dua ratus. Atau berapa pun terserah anda. 

Saat ini, semua orang tampaknya terhubung satu sama lain—si A mengenal si B, yang kenal si C, yang merupakan mantan pacar si D, yang ternyata kakaknya si A. Pusing? Saya pun yang menulis hubungan barusan merasa bingung. 

Setelah suatu hubungan berakhir, tak ada orang yang mau diingatkan mengenai si mantan dan hubungan yang pernah terjadi. Dan di era sekarang, cara paling cepat untuk tidak teringat mantan adalah dengan melepaskan diri dari si mantan di seluruh akun jejaring sosial. Karena pastinya kita nggak mau si calon-potensial-di-masa-yang-akan-datang melihat foto kita dan si mantan sedang berpelukan bahagia atau berbalas kata manis yang membuat semua orang diam-diam memutar bola mata sebal. 

Semua saling terhubung, suka nggak suka. Kabar tentang si mantan bisa muncul dari mana saja, dari siapa saja. Salah satu yang perlu diingat adalah jangan sampai kita menganggap bahwa kita sudah bisa move on dari mantan hanya karena kita sudah mem-block mereka atau bahkan melaporkannya sebagai spam. Halooo... di dunia nyata mereka masih eksis, lho. 

Lucunya, setelah memutus pertemanan di Facebook atau berhenti mengikuti akun si mantan di Twitter (atau jejaring sosial yang mana pun), kita tetap penasaran dan malah mencari tahu tentang si mantan di jejaring sosial dengan menggunakan akun milik teman kita. Jangan coba mengelak, deh. Ya, kan?

Sejujurnya, akan lebih mudah melupaknnya kalau kita benar-benar jauh-jauh dari dia setelah hubungan berakhir. Ya kalau bisa, sih, dilakukan di dunia nyata dan dunia maya. Kita akan semakin susah melupakan si mantan apabila masih terus menerus penasaran dan melihat apa yang terjadi dalam hidupnya. Ketika kita melihat dia dengan orang lain, mungkin kita akan merasa cemburu—yang sebenarnya merupakan perasaan yang menyebalkan.

Memang jejaring sosial itu memudahkan kita untuk terlibat dalam hidup siapa pun, namun pertanyaannya kembali kepada diri kita masing-masing: apa masih perlu kita mengetahui apa yang terjadi dengan si mantan? Apa itu nggak semakin menyakiti diri kita? 

Yang perlu diingat adalah walaupun luka emosional suatu saat pasti akan sembuh, tapi proses penyembuhan akan sulit terjadi apabila kita menyiksa luka yang masih terbuka dengan terobsesi mengikuti setiap langkah mereka melalui setiap status, komentar dan album foto mereka. 

Saran saya, berhentilah melakukan hal tersebut karena kita semua tahu bagaimana ini akan berakhir: rasanya akan seperti luka akibat teriris pisau tajam, lalu dengan sadar kita menambahkan tetesan lemon, cuka dan garam di atasnya. Dengan kata lain, ‘perih, Jenderal!’ 

Kita nggak akan pernah tahu cerita di bab berikutnya dalam hidup kita jika masih saja berkutat pada bab yang sama. Mereka menjadi mantan karena suatu alasan. Dan yang perlu kita lakukan adalah mengingat alasan tersebut agar kita tidak terjebak pada kesalahan yang sama. 



 Well guys, baik perempuan maupun laki-laki, yang namanya patah hati itu bisa dialami siapa aja.
dan semua juga tau dong rasanya patah hati itu pasti ga enak, uwweekk.. nah tapi kenapa kebanyakan dari kita, khususnya perempuan malah senang mempertahankan rasa sakit itu yah? dengan kata lain wanita itu senang disakiti. hihihii.. 
yuk ladies, karena kita wanita adalah mahluk yang lebih kuat dan sabar dari pria, seharusnya kita bisa bangkit dan melawan rasa sakit tersebut dan bermetamorfosis menjadi lebih baik karena suatu hubungan itu berakhir dengan suatu alasan, dan sebagai orang yang baik, kita pantas memiliki kehidupan yang lebih baik pula :)



No comments:

Post a Comment